Soal Perahu Kuno
Dari berbagai sumber yang ada di dalam Kabupaten Bojonegoro, tak satupun yang dapat menjelaskan secara detil mengenai bentuk maket proyek Bojonegoro Barrage tersebut. “Yang punya maketnya Balai Besar,” terang Setiadjit, selaku Kepala Bakorwil II Jawa Timur di Bojonegoro.
Sementara itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum setempat pun mengatakan hal yang serupa, rat-rata mereka hanya bisa menggambarkan ukuran dan fungsi dari bangunan tersebut nantinya. Bahkan pihak Desa setempat mengaku tidak tahu menahu mengenai konsep peruntukan wilayah sekitar maupun gambaran bentuk bangunan tersebut.
Namun pihak Desa mengaku berharap agar nantinya konsep peruntukannya dapat bermanfaat bagi warga setempat. “Kalau bisa nanti akan ada lahan pengganti mata pencaharian, khususnya mereka yang lahannya dibebaskan,” ternag Sudiyono, selaku Kepala Desa Padang.
Salah satu konsep yang sempat dilontarkan oleh Sudiyono adalah mengenai Museum Perahu. Dirinya saat ini sedang mencoba untuk mengajukan pemindahan lokasi museum perahu yang selama dua tahun terakhir ini kurang terawat dengan baik.
“Yang sekarang ada ini, pihak desa tidak dilibatkan. Kami hanya dimintai tolong untuk mencarikan lahan,” terangnya. Kedepan dirinya berangan-angan untuk menjadikan museum perahu sebagai paket kompleks bendungan gerak.
Skema yang sempat terlontar adalah mengembalikan perahu kuno tersebut ke lokasi penemuan awalnya. “Yakni di dekat delta sungai bernama Puthukjayan. Kebetulan delta tersebut juga dibebaskan,” terangnya.
Karena menurut kepala desa yang telah dua periode menjabat tersebut, Puthukjayan merupakan salah satu situs legenda warga setempat. “Legendanya adalah adanya kapal yang terbalik di lokasi tersebut dan akhirnya membentuk delta. Dari jaman mbah buyut saya, delta itu sudah ada dan posisinya tidak berubah, padahal aliran sungai Bengawan Solo khan mengalami pergeseran,” terangnya.
Selain itu, bila nantinya konsep museum perahu tersebut disetujui, setidaknya dapat dijadikan sebagai paket wisata yang dapat memberikan mata pancaharian bagi wrag desa setempat.
Dirinya membayangkan, bila nanti bendungan gerak tersebut dilengkapi dengan sarana wisata, maka para pengunjung akan dapat memberikan devisa bagi desa setempat melalui keberadaan museum tersebut.
Senin, 24 Agustus 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar