Pembangunan tanggul di wilayah Kecamatan Kanor sudah mencapai 500 meter. Proyek yang diperkirakan menelan biaya Rp 6 miliar dari Pemprov Jatim dan Pemkab Bojonegoro itu pengerjaannya tergolong cepat, karena belum lama dicanangkan oleh Gubernur Jatim Sukarwo, tanggul permanen itu sudah mencapai 500 meter dari 12 km yang direncanakan.
Anggaran sebesar itu, menurut sumber di Pemkab Bojonegoro, hanya untuk pembebasan lahan. Sedangkan untuk pembangunan fisiknya, mendapat bantuan dari Pemerintah pusat sebesar Rp 17 miliar.
Seperti diketahui, tanggul permanent sepanjang 12 kilometer itu dibangun dengan ketinggian bahu tanggul 3 meter dari tanah dasar, lebar permukaan 4 meter, lebar kaki 24 meter, dan kemiringan sisi badan 1:2. Adapun pembangunan tanggul itu akan melewati tujuh desa di sepanjang bantaran sungai Bengawan Solo.
Ketujuh desa tersebut antara lain, desa Sarangan, Semambung, Kanor, Canga'an, Piyak, Kabalan dan Tambahrejo, seluruhnya masuk Kecamatan Kanor. Namun, berdasar informasi di lapangan, proyek ini tak bisa dilaksanakan secara langsung. Sebab, menurut perkiraan pelaksana proyek di lapangan, kalau panjang tanggul sudah mencapai 4 atau 5 kilometer, proyek akan dihentikan untuk sementara waktu, karena akan terbentur musim penghujan.
Jumlah tenaga yang diturunkan untuk proyek ini sebanyak 20 orang. Mereka didukung dengan 2 eskavator, 8 truk, dan 2 buldozer. Kalau dihitung pengerjaan proyek tersebut mampu mencapai 1.500 meter kubik per hari. "Jadi, seandainya tidak ada kendala cuaca, kemungkinan penyelesaian pengerjaannya bisa sesuai dengan target (kelar pada November 2009)," kata Fauzi pengawas proyek tersebut.
Sementara itu, Camat Kanor Joko Purnomo menyatakan, bahwa untuk pembebasan lahan tidak ada kendala, karena telah disosialisasikan sebelumnya. “Pada dasarnya hampir semua pemilik lahan bersedia untuk melepas lahannya guna pembangunan tanggul tersebut.
Namun, meski sebagian ahli waris pemilik tanah sudah setuju, sampai sekarang mereka belum tanda tangan persetujuan,” ungkapnya.
Hal tersebut lanjut Joko, disebabkan sebagian dari mereka tinggal di luar kota. Sehingga mereka perlu waktu untuk bisa datang dan berembuk di Kanor. “Sebab, mereka rata-rata bertempat tinggal di luar kota. Jadi kita hanya perlu pendekatan, penyadaran kepada mereka saja,'' jelasnya.
Senin, 24 Agustus 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar