
“Dulu memang dijanjikan akan kerja di proyek, tapi hingga saat ini masih alat-alat berat,” terang Sudi, warga desa setempat.
Kini janji tersebut merupakan satu-satunya harapan warga desa setempat, sementara Sudi dan warga lainnya mengisi hari-hari mereka dengan bekerja serabutan. “Terus terang ini kami menunggu, semoga janjinya ditepati,” tambahnya.
Selain lahan yang dibeli, ternyata sebagian lahan milik warga ada yang dibebaskan dengan sistem sewa. “Kalau yang disewa itu harganya cuma Rp 2.000 per meter persegi per tahunnya,” terangnya.
Selama disewa, lahan tersebut tidak boleh digarap warga, padahal sebelumnya merupakan lahan produktif. “Dulu kebun jagung, sekarang ya nganggur. Ini disewa selama 5 tahun,” tambahnya.
Kebanyakan lahan yang disewa difungsikan sebagai tempat penyimpanan alat-alat dan kebutuhan proyek lainnya. “Sementara ini untuk tempat tiang pancang, sebagian untuk jalan akses menuju proyek,” tambahnya.
Meski demikian, warga mengaku bahwa pihak pemerintah atau pengerja yang ditunjuk telah meberikan sejumlah kompensasi. “Yang paling kelihatan adalah pembangunan jalan poros desa. Dulu jelek sekali, sekarang ya sudah lumayanlah,” tambahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar