
Lokasi tepat mega proyek tersebut adalah di bantaran sungai Bengawan Solo di wilayah Desa Padang, Kecamatan Trucuk dan Desa Ngringinrejo, Kecamatan Kalitidu, Bojonegoro, Jawa Timur.
Secara umum, disebutkan bahwa nantinya bangunan yang nilai fisiknya mencapai Rp 150 Milyard (-data tahun 2007-) itu diharapkan berfungsi sebagai long storage atau tampungan air saat musim penghujan sehingga dapat juga bermanfaat pada saat musim kemarau.
Meski molor dari jadwal awal, yakni bulan September 2007, pengerjaan proyek tersebut kini telah mulai tampak wujudnya. Bahkan dari keterangan sejumlah warga, pembebasan lahan seluas hampir 33 hektar tersebut telah beres pada tahun 2006 lalu.
Dana pembebasan lahannya sendiri, yakni sebesar Rp 13 miliar (-data tahun 2007-) akan bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 50 persen, sisanya 25 persen dari APBD Jawa Timur dan 25 persen dari APBD Bojonegoro. Sementara itu, untuk pembangunan fisiknya, dari APBN dan bantuan dari Nippon Koei dari Jepang.
Dari data yang diperoleh, jumlah warga yang berada di lokasi pembebasan adalah sebanyak 261 KK dengan luas tanah total mencapai 306.390 m2.Menurut pemilik lahan yang telah dibebaskan, harga pembebasan tersebut adalah sebesar Rp 35.000 untuk per meter tanahnya.
Angka tersebut masih ditambah dengan ganti rugi tanaman yang ada di atasnya, yang berkisar antara Rp 70.000 hingga Rp 250.000,- per batang, yang tergantung jenis tanamannya.
Hingga pada pertengahan tahun 2007 lalu, yakni saat Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Pengendalian Banjir dan Perbaikan Sungai II DPU melakukan dengar pendapat dengan Komisi A DPRD Bojonegoro, angka pembangunan fisik tiba-tiba melonjak menjadi Rp 250 Milyard.
Selain perubahan nilai fisik mega proyek, ternyata dalam penjelasanannya Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Pengendalian Banjir dan Perbaikan Sungai II DPU mengatakan bahwa nantinya pembangunan Bendung Gerak selain sebagai upaya mengantisipasi banjir luapan sungai Bengawan Solo (-bukan lagi hanya sekedar long storage-), juga untuk mencukupi kebutuhan air baku, baik air minum, juga pertanian dan kebutuhan air eksplorasi dan eksploitasi sumur Migas Blok Cepu.
Tak berhenti disitu, di awal tahun 2009 perkiraan nilai fisiknya kembali berubah, melalui beberapa kesempatan disebutkan bahwa nilai fisik dan pengerjaannya kembali membengkak menjadi sebesar Rp 350 Milyard. Bahkan untuk dana pembebasan lahan, yang semula diperkirakan bakal menghabiskan dana sebesar Rp 13 miliar, ikut membengkak menjadi hingga Rp 17 Milyard. Rencananya, pembiayaan proyek tersebut akan menggunakan tiga tahun anggaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar